Pagelaran Wayang Lakon Wahyu cakra Ningrat mempunyai filosofi perebutan Kekuasaan
Sigeblog.desa.id - Wayang kulit merupakan budaya yang harus besama-sama kita lestarikan dan kita cintai. Pemerintah desa Sigeblog tanggal 14 agustus 2023 nanti akan menggelar wayang kulit dengan dalang ki dalang Eko Suwaryo dari Kebumen dengan Lakon " Wahyu Cakra Ningrat".
Lakon wahyu cakra ningrat merupakan lakon yang tepat menjelang tahun politik dimana lakon tersebut mempunyai filosofi tentang kekuasaan dan kepemimpinan. Sehingga diharapkan bisa memberikan edukasi kepada pemimpin agar pemimpin harus bijak dan bisa mensejah terakan rakyat, selain itu diharapkan bisa mengedukasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara memelih pemimpin yang baik dan tidak adu domba dalam proses pemilihan pemimpin.
dalam beberapa artikel filosofi lakon Wahyu cakra Ningrat diyakini memberi kuasa atas wilayah timur hingga barat dan utara sampai selatan. Namun, tak mudah memperoleh wahyu sang batara, yang hanya akan turun ke manusia terpilih.
Kompetisi, strategi dan penaklukan ternyata bukan satu-satunya cara memperoleh Wahyu Cakraningrat. dalam cerita Raden Samba yang mewarisi pengetahuan ramandanya Prabu Kresna, harus memperoleh Wahyu Cakraningrat itu dengan siasat apapun, namun bijaksana. Lain Raden Samba, lain pula cara Raden Lesmana Mandrakumara. Baginya, dengan cara bagaimanapun yang penting wahyu ini harus didapatkan, dengan catatan harus terkesan sportif.
Bagaimana dengan Raden Abimanyu? Dia yang juga sempat merasakan bagaimana dulu ramanda dan paman-pamannya (Pandawa) dipecundangi, dikhianati dan dikucilkan oleh trah Kurawa, mencoba menyikapi hal ini dengan lebih berhati-hati. Pada akhirnya, tak satupun berhasil. Wahyu Cakraningrat hanya akan merasuk ke satria yang bersih lahir batin, cerdas dan tahan godaan,berbudi luhur, dan kepekaan sosial tinggi
Wahyu hinggap ke putra Dwarawati; Raden Samba. Merasa anak raja titisan dewa dan sekarang telah menggenggam wahyu, semua yang bertapa disuruh pulang karena lakon telah berakhir dengan wahyu dalam genggamannya. Wahyu pergi karena Samba sombong.
Sekarang wahyu hinggap ke Abimanyu. Saat itu ia bertapa bukan dalam lindungan prajurit atau pelayan istana. Ia hanya ditemani rakyat jelata Sang Punokawan Catur. Meski mendapat wahyu, ia tidak sombong. Yang dilakukan ialah sungkem dengan orang-orang tua dan mohon doa agar wahyu tetap dalam genggamannya.
Suripto ( bumdes mitra sejahtera )
01 Januari 2024 12:41:53
Nyuwun sewu bisa minta tolong dikirimkan file pengadaaan barang dan jasa yg sesuai dgn perbup 19/2020...